Pemerintah Israel enggan untuk mengesahkan atau menyangkal
secara resmi bahwa Israel mempunyai program senjata nuklir, dan tidak
menandatangani Perjanjian
Non-Proliferasi Nuklir (Treaty on the Non-Proliferation of
Nuclear Weapons - NPT). Pada tahun 1998, mantan Perdana Menteri Israel Shimon
Peres mengakui secara terbuka bahawa Israel "membangun
pilihan nuklir, bukannya untuk Hiroshima tetapi untuk Oslo."[1]
"Pilihan nuklir" bisa merujuk kepada senjata nuklir atau reaktor nuklir
di Dimona, yang
dikatakan oleh pihak Israel untuk penyelidikan ilmiah.
Pengungkapan pertama kepemilikan nuklir Israel datang dari Sunday
Times yang berpusat di London
pada 5
Oktober 1986,
yang mencetak maklumat yang diungkapkan oleh Mordechai Vanunu, bekas pekerja di Pusat Penyelidikan Nuklir Negev, terletak di gurun Negev
selatan Dimona.
Disebabkan pengungkapannya, Vanunu diculik oleh Mossad dan
dihukum penjara selama 18 tahun, 12 tahun dalam penahanan terisolasi (solitary).
Walaupun terdapat banyak spekulasi sebelum pengungkapan Vanunu
tentang Dimona menciptakan senjata nuklir, maklumat Vanunu menunjukkan
bahwa Israel juga menciptakan senjata
termonuklir.
Menurut Inisiatif
Ancaman Nuklir (Nuclear Threat Initiative), berdasarkan
maklumat Vanunu, Israel mempunyai anggaran 100–200 peranti bahan ledakan
nuklir dan sistem pengangkut peluru kendali Jericho. Laporan Kantor Pertahanan Amerika Serikat yang diterbitkan pada
2004 meletakkan jumlah senjata pada 82. Perbedaan mungkin terletak pada
jumlah bahan yang dimiliki Israel berbanding jumlah senjata yang siap.
Disebabkan tiadanya ujian nuklir yang diketahui dilakukan, kedua
kewujupan dan kepemilikan senjata nuklir Israeli tetap menjadi
persoalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar