Dalam disertasi tahun 1924 berjudul Recherches
sur la théorie des quanta (Riset mengenai Teori Kuantum),
fisikawan Perancis Louis de Broglie berhipotesis bahwa
semua materi memiliki gelombang
De Broglie yang mirip dengan cahaya.[42]
Ini berarti bahwa di bawah kondisi yang tepat, elektron dan semua
materi dapat menunjukkan sifat-sifat seperti partikel maupun seperti
gelombang. Sifat
korpuskular partikel dapat didemonstrasikan ketika ia dapat
ditunjukkan memiliki posisi terlokalisasi dalam ruang sepanjang
trayektorinya pada waktu apapun.[43]
Sifat seperti gelombang dapat dipantau ketika seberkas cahaya
dilewatkan melalui celah-celah paralel dan menghasilkan pola-pola interferensi.
Pada tahun 1927, efek interferensi ini berhasil ditunjukkan juga
berlaku bagi berkas elektron oleh fisikawan Inggris George Paget Thomson menggunakan film logam tipis dan
oleh fisikawan Amerika Clinton Davisson dan Lester
Germer menggunakan kristal nikel.[44]
Suksesnya prediksi de Broglie turut membantu Erwin Schrödinger yang pada tahun 1926 mempublikasikan persamaan Schrödinger yang secara
sukses mendeskripsikan bagaimana gelombang elektron merambat.[45]
Daripada menghasilkan penyelesaian yang menentukan lokasi elektron
seiring dengan berjalannya waktu, persamaan gelombang ini dapat
digunakan untuk memprediksikan probabilitas penemuan sebuah elektron
dekat sebuah posisi. Pendekatan ini kemudian disebut sebagai mekanika kuantum, yang memberikan perhitungan keadaan
energi elektron atom hidrogen dengan sangat tepat. Ketika spin dan
interaksi antara banyak elektron diperhitungkan, mekanika kuantum
memungkinkan konfigurasi elektron dalam atom bernomor atom lebih tinggi
daripada hidrogen diprediksi dengan tepat.[46]
Pada tahun 1928, berdasarkan karya Wolfgang Pauli, Paul Dirac menghasilkan model elektron, persamaan
Dirac, yang konsisten dengan teori relativitas, dengan menerapkan
pertimbangan relativitas dan simetri ke dalam perumusan Hamiltonan mekanika kuantum medan
elektro-magnetik.[47]
Agar dapat memecahkan berbagai masalah dalam persamaan relativistiknya,
pada tahun 1930, Dirac mengembangkan model vakum sebagai lautan
partikel tak terhingga yang berenergi negatif (dikenal sebagai laut Dirac).
Ini mengantar Dirac memprediksikan keberadaan positron, antimateri
dari elektron.[48]
Partikel positron ditemukan pada tahun 1932 oleh Carl D. Anderson, yang menyerukan dinamakannya elektron
biasa sebagai negatron, dan elektron digunakan sebagai
istilah generik untuk merujuk pada kedua partikel tersebut. Penggunaan
istilah 'negatron' kadang-kadang masih dapat ditemukan sekarang, dan
dapat disingkat menjadi 'negaton'.[49][50]
Pada tahun 1947, Willis Lamb, berkolaborasi dengan
murid pascasarjananya Robert Retherford, menemukan bahwa keadaan kuantum
tertentu atom hidrogen, yang seharusnya berenergi sama, bergeser
relatif terhadap satu sama lain. Pergesaran ini disebut sebagai geseran Lamb.
Pada waktu yang bersamaan, Polykarp Kusch, bekerja dengan Henry M.
Foley, menemukan bahwa momen magnetik elektron sedikit lebih besar
daripada yang diprediksikan oleh teori Dirac. Perbedaan kecil ini
kemudian disebut sebagai anomali momen dipol magnetik elektron. Untuk memecahkan
masalah ini, teori yang disebut elektrodinamika kuantum dikembangkan
oleh Sin-Itiro Tomonaga, Julian Schwinger dan Richard P. Feynman pada akhir tahun
1940-an.[51]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar